Perang Terpopuler

Warhammer 40,000: Darktide

Warhammer 40K Darktide adalah salah satu game perang PS5 FPS kooperatif yang dikembangkan oleh pengembang game Fatshark, tim yang sudah sukses sebelumnya dalam Vermintide Series. Darktide menghadirkan gameplay penembakan orde kelas atas bukan main yang diset dalam dunia Warhammer 40K yang super kelam dan gelap.

Kamu bisa main kooperatif 4 orang melawan banyak musuh berupa monster dan boss dalam misi-misi yang tersedia di dalam game ini. Dipadukan dengan latar dan desain karakter Warhammer 40K yang sudah punya penggemar fanatik sendiri, pengalaman bertarung melawan berbagai makhluk mirip alien di Darktide bakal seru dan memuaskan tiada duanya.

Baca Juga: 15 Game Perang PC Online Terbaik, Gamers Harus Coba!

Far Cry 6 merupakan sekuel terbaru dari franchise FPS open-world populer Ubisoft. Sama seperti seri sebelumnya, Far Cry 6 menghadirkan gameplay FPS yang intens di dunia terbuka yang kini sangat besar daripada sebelumnya. Kali ini pemain akan dibawa ke negara fiksi bernama Yara yang terinspirasi dari negara Kuba. Yara sedang mengalami revolusi akibat kekejaman rezim diktator Anton Castillo yang diperankan aktor legendaris Giancarlo Esposito.

Pemain akan berperan sebagai Dani Rojas yang harus bergabung dalam para pemberontak Libertad untuk menggulingkan rezim Anton Castillo. Sensasi gameplay FPS di Far Cry 6 sangat seru dan memacu adrenalin karena musuh yang cukup agresif. Performa grafis Far Cry 6 di PS5 juga sangat memukau. Detail karakter dan lingkungan terlihat sangat nyata berkat penerapan ray tracing. Berbagai efek seperti ledakan, percikan peluru, hingga cuaca dan badai buatan terlihat sangat memukau di PS5.

Baca Juga: 25 Game PC Terbaik 2024, Bakal Bikin Kamu Betah Main!

Six Days in Fallujah

Mungkin kamu yang mengikuti berita tentu masih ingat kasus kontroversial yang ditimbulkan game Six Days in Fallujah saat tanggal rilisnya diumumkan tahun 2021 lalu. Sebagai gim dokumenter perang berdasarkan peristiwa nyata di Irak, gameplay FPS hyper-realistiknya jadi yang paling ditunggu penggemar gim perang otentik, terutama yang mengikuti sejarah perang modern di Timur Tengah.

Six Days in Fallujah benar-benar merealisasikan detail perang urban di Timur Tengah dengan sangat memukau lewat dukungan penuh platform next-gen. Efek partikel dan simulasi balistik senjata terbaik yang pernah ada. Dipadu realisme Hollywood dan konstruksi set dunia nyata, pengalaman tempur mempertahankan diri di tengah kota Fallujah yang hancur bakal terasa sangat mengerikan, hampir sama seperti aslinya. Ditambah cerita perang yang emosional dari veteran asli dan rekaman asli dibalik penciptaan game ini, bakal jadi salah satu permainan perang paling berkesan.

Baca Juga: 50 Game PS4 Terbaik Sepanjang Masa yang Wajib Dimainkan

Chivalry II adalah game perang PS5 yang membawa pemain ke era medieval abad pertengahan untuk bertempur dalam perang saudara antar kerajaan. Pertempurannya tidak sekedar menggunakan pedang tapi juga kapak perang, busur panah, tombak, hingga senjata pengepungan seperti trebuchet dan katapel.

Pengalaman bertarung dalam pertempuran skala besar 64 pemain sangat seru dan memacu adrenalin. Apalagi performa PS5 yang mumpuni membuat animasi serangan dan pertahanan terlihat sangat mulus tanpa lag. Mekanik bertarungnya terasa sangat memuaskan di PS5. Kamubisa memotong dan menebas anggota lawan, menahan serangan musuh, melakukan berbagai teknik menyerang dari atas, samping, bawah, hingga menusukkan tombak dengan sangat detail.

Baca Juga: 15 Game Open World PS4 Terbaik dan Terpopuler, Menjelajah Dunia Luas!

Battlefield 1 merupakan game perang PS5 FPS dengan latar pada saat meletusnya Perang Dunia 1 yang dikenal dengan penggambaran medan pertempurannya yang sangat memukau dan realistis. Detail senjata, seragam, dan kendaraan zaman perang di game ini benar-benar di riset dengan tepat. Di PS5, Battlefield 1 terlihat jauh lebih stunning berkat performa grafisnya yang now powered by the next-gen console. Peningkatan resolusi 4K membuat setiap detail peta dan karakter tampil lebih tajam dan hidup.

Efek partikel seperti debu, salju, api, asap, dan cuaca ekstrim terlihat sangat memukau dan cinematic. Sensasi menegangkan saat Perang Dunia I seperti berlindung dari tembakan artileri dan serangan gas beracun sangat terasa di sini. Pengalaman mengendarai beragam kendaraan zaman perang seperti tank Mark V, fighter plane, battleship, hingga armored train terasa sangat mulus dan arcade di PS5. Kontrol yang responsif dan taktik tempur yang tepat sangat menentukan kemenangan di Battlefield I.

Baca Juga: 25 Game Nomor 1 di Dunia Terbaik dan Terpopuler 2024

Game perang di PS5 berikutnya adalah Atomic Heart, game FPS aksi petualangan keluaran developer indie asal negara Rusia yaitu Mundfish yang merilis gamenya di berbagai platform khususnya PS5 pada tahun 2023. Dengan mengambil latar dunia alternatif tepatnya pada saat era Soviet 1950-an yang runtuh karena pemberontakan robot terhadap manusia yang menyebabkan banyak kehancuran. Di sini, kamu akan menjelajahi fasilitas penelitian rahasia URSS yang dikuasai robot jahat akibat eksperimen berbahaya.

Diperkaya dengan efek pencahayaan ray tracing dan grafis terbaik di kelasnya, Atomic Heart di PS5 bakal menghadirkan aksi FPS dahsyat dan memukau. Apalagi desain musuh robotnya sangat variatif dan unik, benar-benar memuaskan buat ditembak kemudian dihancurkan satu per satu.

War Thunder mungkin adalah satu-satunya game perang PS5 skala besar yang mensimulasikan hampir semua kendaraan tempur mulai dari pesawat tempur WW2, tank-tank legendaris, hingga kapal perang. Berbeda dengan kebanyakan game perang lain, biasanya game lain lebih menonjolkan pasukan infanteri mereka ketimbang mesin tempurnya.

Sensasi realismenya sangat terasa saat mengendalikan ratusan armada udara dan darat dari berbagai negara ini. Performa PS5 yang mumpuni membuat setiap detik pertempuran udara, laut, dan darat terasa sangat mulus tanpa lag. Pengalaman bertarung seru dan memacu adrenalin karena pemain sungguh diuji kemampuannya untuk menganalisis situasi pertempuran yang selalu berubah dan antisipasi serangan musuh. Komunikasi serta kerjasama tim juga sangat penting demi meraih kemenangan.

Ace Combat 7: Skies Unknown

Game perang PS5 selanjutnya akan membawa pemain dalam peperangan di udara menggunakan pesawat tempur, Ace Combat 7 berhasil memuaskan para penggemar game peperangan pesawat di platform PS4 beberapa tahun lalu. Kini Bandai Namco sudah merilis game ini ke PS5 beberapa waktu yang lalu, sekarang sudah tersedia untuk dimainkan oleh para penggemar game pesawat tempur.

Detail awan dan lanskap bisa dilihat lebih signifikan dalam Ace Combat 7 edisi PS5 ini, grafisnya juga makin bagus ditambah lagi detail-detail lainnya. Belum lagi pilihan pesawat tempur yang makin banyak dan variatif yang akan terus ditambah melalui pembaruan dari developer. Sensasi berperang di udara dengan berbagai pesawat tempur ini tentu bakal makin seru untuk kamu nikmati.

Tom Clancy’s Rainbow Six Siege

Sejak rilis tahun 2015 lalu, tak ada game FPS taktis 5 lawan 5 yang intens dan kompetitif seperti Rainbow Six Siege. Bahkan hingga sekarang, game ini masih menjadi game FPS multiplayer terbaik yang wajib dimainkan oleh pemilik PS5. Bukan tanpa sebab, game ini sudah berkali-kali mendapatkan pembaruan dari developernya, selain itu ada event yang unik seringkali diadakan untuk membuat pemain semakin betah. Selain itu, pengalaman bermain di game R6 ini juga lebih menegangkan dan mengandalkan taktik serta pemanfaatan gadget dari setiap operator.

Ubisoft terus menambahkan operator dan peta yang unik tiap tahunnya agar gameplay taktisnya selalu terasa fresh. Sensasi pertempuran yang sangat sengit dan menegangkan ini dipadukan grafis ray tracing serta audio 3D yang sangat membantu mendeteksi lokasi lawan. Rainbow Six Siege sudah teruji sebagai game taktis kompetitif yang paling solid dan memuaskan selama satu dekade ini.

Baca Juga: 15 Game Perang PS2 Terbaik Sepanjang Masa, Kamu Harus Cobain!

Call of Duty: Black Ops Cold War

Di daftar terakhir untuk game perang PS5 kali ini ada Call of Duty: Black Ops Cold War yang merupakan bagian dari franchise Call of Duty yang sangat populer. Game ini mengambil latar Cold War atau Perang Dingin yang terjadi pada era tahun 1980an. Pemain akan dihadapkan pada konflik mata-mata dan intelejen selama Perang Dingin antara blok Barat melawan Uni Soviet. Grafis game ini sangat bagus dengan peningkatan signifikan dibanding seri sebelumnya berkat kemampuan spesifikasi perangkat keras PS5. Teknologi ray tracing membuat pencahayaan dan bayangan di game terlihat sangat nyata. Karakter dan senjata juga memiliki model 3D dan tekstur yang sangat detail dan tajam.

Black Ops Cold War memiliki 3 mode permainan yaitu campaign, zombie, dan multiplayer. Mode kampanye menghadirkan cerita yang seru dengan misi-misi yang cukup variatif. Mode zombie juga sangat seru untuk dimainkan secara kooperatif dengan temanmu. Sedangkan multiplayernya menawarkan beragam mode pertandingan seperti team deathmatch, domination, hardpoint, dan masih banyak lagi. Sensasi action FPS-nya sangat memacu adrenalin terutama jika dimainkan dalam PS5.

Ya, itulah tadi rekomendasi 25 game perang PS5 terbaik yang bisa kamu coba mainkan di platform PlayStation 5 menurut versi kami. Apakah kamu setuju dengan daftar ini? Atau justru ada saran judul lain yang lebih layak masuk ke dalamnya? Silakan tinggalkan opini kamu tentang artikel ini di kolom komentar ya. List ini tentu saja bakal terus berubah seiring makin banyaknya gim perang baru PS5 yang rilis setiap tahunnya.

Jadi tetap pantau terus tulisan kami ya gamers. Selamat bertempur dan menikmati pengalaman perang digital paling memukau lewat konsol next-gen tercanggih saat ini. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan, sampai jumpa lagi Sob!

PARA pemain kesebelasan El Salvador tiba di Tegucigalpa, ibukota Honduras, pada 7 Juni 1969. Mereka akan berlaga melawan tim tuan rumah dalam kualifikasi CONCACAF untuk Piala Dunia. Namun malam harinya, mereka tak bisa tidur. Di depan hotel, para pendukung kesebalasan Honduras mengintimidasi.

Keesokan harinya, di lapangan hijau, konsentrasi mereka buyar. Gol Roberto Cardona, striker tuan rumah, di menit-menit akhir menutup peluang mereka mencuri poin.

Di El Savador, Amelia Bolanios, gadis berusia 18 tahun, yang menonton siaran langsung dari layar televisi, bunuh diri dengan menembakkan pistol ke dadanya. “Gadis belia itu tak tahan melihat tanahairnya dibuat bertekuk lutut,” tulis harian El Nacional (9/6), dikutip Ryszard Kapuscinski dalam The Soccer War. Presiden El Savador, yang menghadiri prosesi pemakaman Amelia, menggunakan momentum ini untuk membangkitkan nasionalisme rakyatnya. Darah orang-orang El Salvador mendidih.

Di pertandingan kedua sepekan kemudian, di kandang El Savador, gantian para pemain Honduras diintimidasi. Pertandingan berakhir dengan skor 3-0 untuk kemenangan El Savador.

Hasil itu membuat kedua negara harus memainkan pertandingan penentuan di tempat netral, yakni Mexico City, pada 26 Juni. Di Stadion, pendukung kedua kesebelasan ditempatkan terpisah, sementara di tengahnya 5.000 polisi Meksiko berjaga-jaga. Tensi pertandingan begitu tinggi. Di luar stadion, “Perkelahian, pemerkosaan, dan pembunuhan membuat kota itu menjadi medan pertempuran,” tulis Jan Stradling dalam More Than a Game: When Sport and History Collide.

El Salvador menang 3-2 lewat perpanjangan waktu.

Pada hari yang sama, El Salvador memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Honduras. Dalihnya, pemerintah Honduras membiarkan terjadinya kekerasan dan pembunuhan terhadap para imigran El Salvador.

Ketegangan antara El Salvador dan Honduras sudah dimulai pada 1968. Ini bermula dari ketidakpuasan dan protes rakyat Honduras terhadap pemerintahan Kolonel Osvaldo Lopez Arellano, yang dianggap gagal memperbaiki perekonomian dan kesejahteraan rakyat. Di tengah kebingungan, pemerintahan Arellano meng-kambinghitam-kan imigran gelap El Salvador, yang berjumlah sekira 300 orang.

El Savador adalah negara terkecil dengan jumlah penduduk terpadat di Amerika Tengah. Sebagian besar penduduknya tak bertanah; tanah sebagian besar tanah dikuasai empatbelas keluarga tuan tanah. Penduduk El Savador pun memilih beremigrasi ke Honduras dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Pada Januari 1969, Honduras tak mau memperbarui perjanjian imigrasi 1967 yang ditandatangani bersama El Salvador. Hampir bersamaan dengan itu, Honduras menerapkan UU land reform. “Tapi karena ini adalah pemerintahan oligarki, tergantung pada Amerika Serikat, kebijakan tersebut tidak mengena tanah milik oligarki maupun perkebunan pisang besar milik United Fruit Company,” tulis Kapuscinski. Pemerintah ingin mendistribusikan kembali tanah-tanah milik imigran El Salvador. Tiga bulan kemudian, Honduras mengumumkan bakal mengusir imigran yang memperoleh properti tanpa melalui persyaratan hukum.

Kebijakan itu memicu aksi intimidasi, penganiayaan, dan pembunuhan terhadap para imigran El Salvador. Pemerintah Honduras tak turun tangan. Eksodus besar-besaran imigran El Salvador pun terjadi.

Pemerintah El Salvador marah dan membawa masalah ini ke Organization of American States (OAS) tapi tak membuahkan hasil. Setelah memutuskan hubungan diplomatik dengan Honduras, El Salvador memilih jalan perang.

Pada 14 Juli 1969, El Salvador melancarkan serangan terhadap Honduras. Bombardir udara terhadap kota Tegucigalpa menjadi pembuka perang yang dikenal sebagai Perang Sepakbola atau Perang 100 Jam. “Tujuan El Salvador adalah untuk merebut wilayah Honduras dengan cepat dan menggunakannya sebagai alat negosiasi,” tulis William J Long dan Peter Brecke dalam War and Reconciliation: Reason and Emotion in Conflict Resolution.

Honduras mati-matian mempertahankan wilayahnya. Pesawat-pesawat Angkatan Udara Honduras bahkan terbang ke wilayah El Salvador untuk melakukan serangan balasan.

Pertempuran berlangsung selama empat hari sampai OSA memerintahkan gencatan senjata. Meski singkat, pertempuran itu mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, sipil dan militer, dari kedua pihak.

Pada 18 Juli, El Salvador akhirnya mau menerima gencatan senjata. Selain karena desakan OSA, di medan perang pasukan mereka kehabisan amunisi dan logistik. Mereka juga sadar dampak buruk lainnya: nasib penduduk yang kembali dari Honduras serta terganggunya perekonomian. Pada akhir Agustus El Salvador menarik pasukannya dari Honduras.

Pada Oktober 1969, dalam babak penentuan setelah dua pertandingan sebelumnya saling mengalahkan, kesebelasan El Savador menyingkirkan Haiti dan melaju ke putaran final Piala Dunia 1970 di Meksiko sebagai wakil CONCACAF. Mereka tersingkir di babak penyisihan.

Pada 30 Oktober 1980, kedua negara menandatangani perjanjian damai.

Perang Salib Pertama dilancarkan pada 1095 oleh Paus Urban II untuk mengambil kuasa kota suci Yerusalem dan tanah suci Kristen dari Muslim. Apa yang dimulai sebagai panggilan kecil untuk meminta bantuan dengan cepat berubah menjadi migrasi dan penaklukan keseluruhan wilayah di luar Eropa. Baik ksatria dan orang awam dari banyak negara di Eropa Barat, dengan sedikit pimpinan terpusat, berjalan melalui tanah dan laut menuju Yerusalem dan menangkap kota tersebut pada Juli 1099, mendirikan Kerajaan Yerusalem atau kerajaan Latin di Yerusalem. Meskipun penguasaan ini hanya berakhir kurang dari dua ratus tahun, Perang salib merupakan titik balik penguasaan dunia Barat, dan satu-satunya yang berhasil meraih tujuannya. Meskipun menjelang abad kesebelas sebagian besar Eropa memeluk agama Kristen secara formal — setiap anak dipermandikan, hierarki gereja telah ada untuk menempatkan setiap orang percaya di bawah bimbingan pastoral, pernikahan dilangsungkan di Gereja, dan orang yang sekarat menerima ritual gereja terakhir — namun Eropa tidak memperlihatkan diri sebagai Kerajaan Allah di dunia. Pertikaian selalu bermunculan di antara pangeran-pangeran Kristen, dan peperangan antara para bangsawan yang haus tanah membuat rakyat menderita. Pada tahun 1088, seorang Perancis bernama Urbanus II menjadi Paus. Kepausannya itu ditandai dengan pertikaian raja Jerman, Henry IV — kelanjutan kebijakan pembaruan oleh Paus Gregorius VIII yang tidak menghasilkan apa-apa. Paus yang baru ini tidak ingin meneruskan pertikaian ini. Tetapi ia ingin menyatukan semua kerajaan Kristen. Ketika Kaisar Alexis dari Konstantinopel meminta bantuan Paus melawan orang-orang Muslim Turki, Urbanus melihat bahwa adanya musuh bersama ini akan membantu mencapai tujuannya. Tidak masalah meskipun Paus telah mengucilkan patriark Konstantinopel, serta Katolik dan Kristen Ortodoks Timor tidak lagi merupakan satu gereja. Urbanus mencari jalan untuk menguasai Timur, sementara ia menemukan cara pengalihan bagi para pangeran Barat yang bertengkar terus. Pada tahun 1095 Urbanus mengadakan Konsili Clermont. Di sana ia menyampaikan kotbahnya yang menggerakkan: "Telah tersebar sebuah cerita mengerikan ... sebuah golongan terkutuk yang sama sekali diasingkan Allah ... telah menyerang tanah (negara) orang Kristen dan memerangi penduduk setempat dengan pedang, menjarah dan membakar." Ia berseru: "Pisahkanlah daerah itu dari tangan bangsa yang jahat itu dan jadikanlah sebagai milikmu." "Deus vult! Deus vult! (Allah menghendakinya)," teriak para peserta. Ungkapan itu telah menjadi slogan perang pasukan Perang Salib. Ketika para utusan Paus melintasi Eropa, merekrut para ksatria untuk pergi ke Palestina, mereka mendapatkan respons antusias dari pejuang-pejuang Perancis dan Italia. Banyak di antaranya tersentak karena tujuan agamawi, tetapi tidak diragukan juga bahwa yang lain berangkat untuk keuntungan ekonomi. Ada juga yang ingin berpetualang merampas kembali tanah peziarahan di Palestina, yang telah jatuh ke tangan Muslim. Mungkin, para pejuang tersebut merasa bahwa membunuh seorang musuh non-Kristen adalah kebajikan. Membabat orang-orang kafir yang telah merampas tanah suci orang Kristen tampaknya seperti tindakan melayani Allah. Untuk mendorong tentara Perang Salib, Urbanus dan para paus yang mengikutinya menekankan "keuntungan" spiritual dari perang melawan orang-orang Muslim itu. Dari sebuah halaman Bible, Urbanus meyakinkan para pejuang itu bahwa dengan melakukan perbuatan ini, mereka akan langsung masuk surga, atau sekurang-kurangnya dapat memperpendek waktu di api penyucian. Dalam perjalanannya menuju tanah suci, para tentara Perang Salib berhenti di Konstantinopel. Selama mereka ada di sana, hanya satu hal yang ditunjukkan: Persatuan antara Timur dan Barat masih mustahil. Sang kaisar melihat para prajurit yang berpakaian besi itu sebagai ancaman bagi takhtanya. Ketika para tentara Perang Salib mengetahui bahwa Alexis telah membuat perjanjian dengan orang-orang Turki, mereka merasakan bahwa "pengkhianat" ini telah menggagalkan bagian pertama misi mereka: menghalau orang-orang Turki dari Konstantinopel. Dengan bekal dari sang kaisar, pasukan tersebut melanjutkan perjalanannya ke selatan dan timur, menduduki kota-kota Antiokhia dan Yerusalem. Banjir darah mengikuti kemenangan mereka di Kota Suci itu. Taktik para tentara Perang Salib ialah "tidak membawa tawanan". Seorang pengamat yang merestui tindakan tersebut menulis bahwa para prajurit "menunggang kuda mereka dalam darah yang tingginya mencapai tali kekang kuda". Setelah mendirikan kerajaan Latin di Yerusalem, dan dengan mengangkat Godfrey dari Bouillon sebagai penguasanya, mereka berubah sikap, dari penyerangan ke pertahanan. Mereka mulai membangun benteng-benteng baru, yang hingga kini, sebagian darinya masih terlihat. Pada tahun-tahun berikutnya, terbentuklah ordo-ordo baru yang bersifat setengah militer dan setengah keagamaan. Ordo paling terkenal adalah Ordo Bait Allah (bahasa Inggris: Knights Templars) dan Ordo Rumah Sakit (bahasa Inggris: Knights Hospitalers). Meskipun pada awalnya dibentuk untuk membantu para tentara Perang Salib, mereka menjadi organisasi militer yang tangguh dan berdiri sendiri. Perang Salib pertama merupakan yang paling sukses. Meskipun agak dramatis dan bersemangat, berbagai upaya kemiliteran ini tidak menahan orang-orang Muslim secara efektif. 1. Perang Salib Rakyat. Perang Salib Rakyat adalah bagian dari Perang Salib pertama dan berakhir kira-kira enam bulan dari April 1096 sampai Oktober. Perang ini juga dikenal sebagai Perang Salib Populer. 2.Perang Salib Jerman. Perang Salib Jerman 1096 adalah bagian dari Perang Salib pertama di mana tentara perang salib rakyat, kebanyakan dari Jerman, tidak menyerang Muslim namun orang Yahudi. Meskipun anti-semitisme telah ada di Eropa selama berabad-abad, ini merupakan pogrom massal pertama yang terorganisasi. Dalam beberapa kasus, otoritas dan pemimpin keagamaan berusaha melindungi orang Yahudi. 3. Perang Salib 1101 adalah sebuah perang salib dari 3 gerakan yang terpisah, diatur tahun 1100 dan 1101 setelah kesuksesan Perang Salib Pertama. Perang Salib Pertama yang berhasil menyarankan panggilan bantuan dari Kerajaan Yerusalem yang baru dibentuk, dan Paus Paschal II mendorong adanya ekspedisi baru. Ia terutama mendorong yang telah melakukan janji perang salib namun tidak pernah berangkat, dan yang telah memutar balik selama perjalanan. Beberapa orang ini telah menerima caci maki di rumahnya dan menghadapi tekanan agar kembali ke timur; Adela dari Blois, istri Stephen, Raja Blois, yang telah melarikan diri dari Pertempuran Antiokhia tahun 1098, juga sangat kecewa dengan suaminya bahwa dia tidak akan mempersilahkannya tinggal di rumah. 4. Perang Salib Kedua

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. Peta tahun 1140 yang menunjukan jatuhnya Edessa di sebelah kanan peta, yang merupakan sebab terjadinya Perang Salib Kedua. Perang Salib Kedua (berlangsung dari sekitar tahun 1145 hingga tahun 1149) adalah Perang Salib kedua yang dilancarkan dari Eropa, yang dilaksanakan karena jatuhnya Kerajaan Edessa pada tahun sebelumnya. Edessa adalah negara-negara Tentara Salib yang didirikan pertama kali selama Perang Salib Pertama (1095–1099), dan juga yang pertama jatuh. Perang Salib Kedua diumumkan oleh Paus Eugenius III, dan merupakan Perang Salib pertama yang dipimpin oleh raja-raja Eropa, yaitu Louis VII dari Perancis dan Conrad III dari Jerman, dengan bantuan dari bangsawan-bangsawan Eropa penting lainnya. Pasukan-pasukan kedua raja tersebut bergerak menyebrangi Eropa secara terpisah melewati Eropa dan agak terhalang oleh kaisar Bizantium, Manuel I Comnenus; setelah melewati teritori Bizantium ke dalam Anatolia, pasukan-pasukan kedua raja tersebut dapat ditaklukan oleh orang Seljuk. Louis, Conrad, dan sisa dari pasukannya berhasil mencapai Yerusalem dan melakukan serangan yang "keliru" ke Damaskus pada tahun 1148. Perang Salib di Timur gagal dan merupakan kemenangan besar bagi orang Muslim. Kegagalan ini menyebabkan jatuhnya Kota Yerusalem dan Perang Salib Ketiga pada akhir abad ke-12. Serangan-serangan yang berhasil hanya terjadi di luar laut Tengah. Bangsa Flem, Frisia, Normandia, Inggris, Skotlandia, dan beberapa tentara salib Jerman, melakukan perjalanan menuju Tanah Suci dengan kapal. Mereka berhenti dan membantu bangsa Portugis merebut Lisboa tahun 1147. Beberapa di antara mereka, yang telah berangkat lebih awal, membantu merebut Santarém pada tahun yang sama. Mereka juga membantu menguasai Sintra, Almada, Palmela dan Setúbal, dan dipersilahkan untuk tinggal di tanah yang telah ditaklukan, tempat mereka mendapatkan keturunan. Sementara itu, di Eropa Timur, Perang Salib Utara dimulai dengan usaha untuk merubah orang-orang yang menganut paganisme menjadi beragama Kristen, dan mereka harus berjuang selama berabad-abad.

Setelah terjadinya Perang Salib Pertama dan Perang Salib 1101, terdapat tiga negara tentara salib yang didirikan di timur: Kerajaan Yerusalem, Kerajaan Antiokhia, dan Kerajaan Edessa. Kerajaan Tripoli didirikan pada tahun 1109. Edessa adalah negara yang secara geografis terletak paling utara dari keempat negara ini, dan juga merupakan negara yang paling lemah dan memiliki populasi yang kecil; oleh sebab itu, daerah ini sering diserang oleh negara Muslim yang dikuasai oleh Ortoqid, Danishmend, dan Seljuk. Baldwin II dan Joscelin dari Courtenay ditangkap akibat kekalahan mereka dalam pertempuran Harran tahun 1104. Baldwin dan Joscelin ditangkap kedua kalinya pada tahun 1122, dan meskipun Edessa kembali pulih setelah pertempuran Azaz pada tahun 1125, Joscelin dibunuh dalam pertempuran pada tahun 1131. Penerusnya, Joscelin II, dipaksa untuk bersekutu dengan kekaisaran Bizantium, namun, pada tahun 1143, baik kaisar kekaisaran Bizantium, John II Comnenus dan raja Yerusalem Fulk dari Anjou, meninggal dunia. Joscelin juga bertengkar dengan Raja Tripoli dan Pangeran Antiokhia, yang menyebabkan Edessa tidak memiliki sekutu yang kuat. Sementara itu, Zengi, Atabeg dari Mosul, merebut Aleppo pada tahun 1128. Aleppo merupakan kunci kekuatan di Suriah. Baik Zengi dan raja Baldwin II mengubah perhatian mereka ke arah Damaskus; Baldwin dapat ditaklukan di luar kota pada tahun 1129. Damaskus yang dikuasai oleh Dinasti Burid, nantinya bersekutu dengan raja Fulk ketika Zengi mengepung kota Damaskus pada tahun 1139 dan tahun 1140; aliansi dinegosiasikan oleh penulis kronik Usamah ibn Munqidh. Pada akhir tahun 1144, Joscelin II bersekutu dengan Ortoqid dan menyerang Edessa dengan hampir seluruh pasukannya untuk membantu Ortoqid Kara Aslan melawan Aleppo. Zengi, yang ingin mengambil keuntungan dalam kematian Fulk pada tahun 1143, dengan cepat bergerak ke utara untuk mengepung Edessa, yang akhirnya jatuh ketangannya setelah 1 bulan pada tanggal 24 Desember 1144. Manasses dari Hierges, Philip dari Milly dan lainnya dikirim ke Yerusalem untuk membantu, tetapi mereka sudah terlambat. Joscelin II terus menguasai sisa Turbessel, tetapi sedikit demi sedikit sisa daerah tersebut direbut atau dijual kepada Bizantium. Zengi sendiri memuji Islam sebagai "pelindung kepercayaan" dan al-Malik al-Mansur, "raja yang berjaya". Ia tidak menyerang sisa teritori Edessa, atau kerajaan Antiokhia, seperti yang telah ditakuti; peristiwa di Mosul memaksanya untuk pulang, dan ia sekali lagi mengamati Damaskus. Namun, ia dibunuh oleh seorang budak pada tahun 1146 dan digantikan di Aleppo oleh anaknya, Nuruddin. Joscelin berusaha untuk merebut kembali Edessa dengan terbunuhnya Zengi, tapi Nuruddin dapat mengalahkannya pada November 1146.

Berita jatuhnya Edessa diberitakan oleh para peziarah pada awal tahun 1145, lalu kemudian oleh duta besar dari Antiokhia, Yerusalem dan Armenia. Uskup Hugh dari Jabala melaporkan berita ini kepada Paus Eugenius III, yang menerbitkan papal bull Quantum praedecessores pada tanggal 1 Desember 1145, yang memerintahkan dilaksanakannya Perang Salib Kedua. Hugh juga memberitahu Paus bahwa seorang raja Kristen timur diharapkan akan memberi pertolongan kepada negara-negara tentara salib: ini merupakan penyebutan Prester John yang pertama kali didokumentasikan. Eugenius tidak menguasai Roma dan tinggal di Viterbo, namun demikian, perang salib diartikan untuk lebih mengatur dan menguasai daripada Perang Salib Pertama: beberapa pendeta akan diterima oleh paus, angkatan bersenjata akan dipimpin oleh raja-raja terkuat dari Eropa, dan rute penyerangan akan direncanakan. Tanggapan terhadap papal bull perang salib sedikit, dan harus dikeluarkan kembali saat Louis VII akan mengambil bagian dalam ekspedisi. Louis VII dari Perancis juga telah memikirkan ekspedisi baru tanpa campur tangan Paus, di mana ia mengumumkan kepada istanannya di Bourges pada tahun 1145. Hal ini diperdebatkan saat Louis merencanakan perang salibnya sendiri, saat ia hendak memenuhi janjinya kepada saudaranya, Phillip, bahwa ia akan pergi ke Tanah Suci, di mana ia akhirnya dihentikan oleh kematian. Mungkin Louis memilih pilihannya dengan bebas dengan mendengar tentang Quantum Praedecessores. Dalam beberapa hal, Kepala Biara Suger dan bangsawan lainnya tidak senang dengan rencana Louis, di mana ia akan pergi dari kerajaan selama beberapa tahun. Louis berkonsultasi dengan Bernard dari Clairvaux, yang menyuruhnya menemui kembali ke Eugenius. Kini Louis telah mendengar tentang papal bull, dan Eugenius dengan penuh semangat mendukung perang salib Louis. Papal Bull dikeluarkan kembali pada tanggal 1 Maret 1146, dan Paus Eugenius memberikan kekuasaan kepada Bernard untuk berceramah di Perancis.

Tidak terdapat antusias populer untuk perang salib sebagaimana telah ada tahun 1095 sampai tahun 1096. Namun, St. Bernard, salah satu orang terkenal diantara umat nasrani pada saat itu, menemukan jalan bijaksana untuk mengambil salib sebagai arti mendapat pengampunan dari dosa dan mencapai keagungan. Pada 31 Maret, dengan persembahan Louis, dia menasehati keramaian di lapangan di Vézelay. Bernard berorasi, dan orang-orang naik dan berteriak "Salib, berikan kami salib!", dan mereka pergi untuk membuat salib. Tidak seperti perang salib pertama, perang salib kedua menarik perhatian keluarga rajam seperti Eleanor dari Aquitaine, Ratu Perancis, Thierry dari Elsas, Graf Flander, Henry, yang nantinya akan menjadi graf Champagne, saudara Louis Robert I dari Dreux, Alphonse I dari Tolosa, William II dari Nevers, William de Warenne, pangeran ketiga Surrey, Hugh VII dari Lusignan, dan bangsawan dan uskup lainnya. Tapi bantuan lebih banyak muncul dari orang-orang. St. Bernard menulis kepada uskup beberapa hari kemudian: "Saya buka mulut saya, saya berbicara, dan dan akhirnya Tentara Salib berjumlah menjadi tak terbatas. Desa dan Kota sekarang ditinggalkan. Anda akan baru saja menemukan 1 laki-laki untuk 7 wanita. Dimana-mana anda akan melihat janda yang suaminya masih hidup". Akhirnya disetujui bahwa tentara salib akan berangkat dalam 1 tahun, selama waktu ini mereka akan membuat persiapan dan membuat jalur menuju tanah suci. Louis dan Eugenius menerima bantuan dari pemimpin-pemimpin dimana daerah mereka akan dilewati: Geza dari Hongaria, Roger II dari Sisilia, dan kaisar Bizantium, Manuel I Comnenus, meskipun Manuel ingin tentara salib untuk bersumpah kesetiaannya kepadanya, seperti yang diminta Kakeknya, Alexius I Comnenus. Sementara itu, St. Bernard melanjutkan untuk berkhotbah di Burgundi, Lorraine, dan Flanders. Seperti pada Perang Salib Pertama, khotbah membuat serangan kepada orang Yahudi; seorang pendeta fanatik Jerman bernama Rudolf adalah orang yang membuat terjadinya pembantaian orang Yahudi di Cologne, Mainz, Worms, dan Speyer, dengan Rudolf mengklaim orang Yahudi tidak berkontribusi secara finansial untuk menolong tanah suci. St. Bernard dan uskup besar dari Cologne dan Mainz dengan hebat menentang penyerangan itu, dan juga St. Bernard mengunjungi dari Flanders ke Jerman untuk mengatasi masalah itu, dan juga St. Bernard meyakinkan para pendengar Rudolf untuk mengikutinya. Bernard lalu menemukan Rudolf di Mainz dan berhasil mendiamkannya, dan mengembalikannya ke biara. Saat masih di Jerman, St. Bernard juga berkhotbah kepada Conrad III dari Jerman pada bulan November tahun 1146, tapi Conrad tidak tertarik untuk berpartisipasi, Bernard melanjutkan perjalanannya untuk berkhotbah di Jerman Selatan dan Swiss. Namun, dalam perjalanannya pulang pada bukan Desember, dia berhenti di Speyer, dimana, dalam kehadiran Conrad, dia mengantarkan khotbah emosional dimana dia mengambil peran Yesus dan bertanya apa yang akan dia lakukan untuk kaisar. Lalu Bernard berteriak "Orang!", "apa yang sebaikinya aku lakukan untukmu yang tidak pernah kulakukan?" Conrad tidak bisa melawan lagi dan bergabung dengan perang salib dengan banyak bangsawannya, termasuk Frederick II. Seperti di Kota Vézelay, banyak orang juga ikut perang salib di Jerman. Paus juga memimpin perang salib di Spanyol, meskipun perang melawan orang Moor masih terjadi untuk beberapa waktu. Dia memberikan Alfonso VII dari Kastilia indulgensi yang sama ia berikan kepada tentara salib Perancis, dan seperti yang dilakukan Paus Urban II tahun 1095, membuat orang Spanyol untuk bertarung untuk teritorinya sendiri daripada bergabung dengan tentara salib. Dia memimpin Marseille, Pisa, Genoa, dan kota lainnya untuk bertarung di Spanyol, tapi bagaimanapun memaksa orang Italia, seperti Amadeus III dari Savoy untuk pergi ke timur. Eugenius tidak mau Conrad berpartisipasi, dan berharap bahwa dia akan memberikan bantuan kerajaan untuk klaimnya terhadap kepausan, tapi dia tidak melarangnya untuk pergi. Eugenius III juga memimpin sebuah tentara salib di Jerman untuk melawan Wend, yang adalah penganut pagan. Perang telah terjadi untuk beberapa waktu antara orang Jerman dan orang Wend, dan mengambil bujukan Bernard untuk mempersilahkan indulgensi diumumkan untuk Tentara Salib Wend. Ekspedisi ini tidak seperti tentara salib tradisional, ini adalah ekspansi melawan pagan daripada melawan orang Muslim, dan tidak dihubungkan dengan pertahanan tanah suci. Perang Salib Kedua melihat melihat perkembangan menarik dalam arena baru perjalanan perang salib.

Pada tanggal 16 Februari 1147, tentara salib Perancis mendiskusikan tentang rute penyerangan mereka nantinya. Mereka mendiskusikan hal itu di Kota Étampes. Orang Jerman telah memilih untuk berpetualang melewati Hongaria, dimana Roger II musuh dari Conrad dan jalur laut tidak dapat dijalankan. Banyak bagnsawan Perancis tidak percaya jalur darat, dimana akan membawa mereka ke kekaisaran Bizantium, reputasi masih menderita dari First Crusaders. Meskipun dipilih untuk mengikuti Conrad, dan untuk memulainya pada tanggal 15 Juni. Roger II melawan dan menolak untuk berpartisipasi. Di Perancis, Kepala Biara Suger dan Raja William dari Nevers dipilih sebagai pengawas selama Raja sedang pergi berpartisipasi dalam perang salib. Di Jerman, khotbah lebih jauh dilakukan oleh Adam dari Ebrach, dan Otto dari Freising juga mengambil salib. Pada 13 Maret di Frankfurt, anak Conrad, Frederick IV dipilih sebagai raja, dibawah pengawasan Henry, Keuskupan Agung Mainz. Jerman berencana untuk maju pada bulan Mei dan bertemu orang Perancis di Konstantinopel. Selama pertemuan itu, pangeran Jerman yang lain memperluas ide perang salib kepada etnis Slavia yang tinggal di timur laut dari Kekaisaran Romawi Suci, dan dipimpin oleh Bernard untuk mengirim perang salib terhadap mereka. Pada 13 April, Eugenius mengkonfirmasi perang salib ini, membandingkan perang salib di Spanyol dan Palesitan. Dan pada tahun 1147, Perang Salib Wend juga muncul. Pada pertengahan bulan Mei, rombongan pertama mens/thumb/5/55/AfonsoI-P.jpg/180px-AfonsoI-Pninggalkan Inggris, terdiri dari orang Flem, Frisia, Normandia, Inggris, Skotlandia, dan beberapa tentara salib Jerman. Tidak ada pangeran atau raja memimpin bagian perang salib ini; Inggris pada saat itu di tengah-tengah anarkisme. Mereka tiba di Porto pada bulan Juni, dan diyakinkan oleh uskup untuk melanjutkan perjalanan menuju Lisboa, dimana Raja Alfonso telah pergi saat mendengar armada tentara salib menuju kesitu. Pengepungan Lisboa dimulai pada 1 Juli dan berakhir pada 24 Oktober saat kota itu jatuh ketangan tentara salib. Beberapa tentara salib bertahan di kota baru yang baru direbut, dan Gilbert dari Hastings dipilih sebagai uskup, tapi banyak armada melanjutkan ke timur pada Februari 1148. Hampir pada waktu yang sama, orang Spanyol dibawah Alfonso VII dari Kastilia dan Ramon Berenguer IV dan lainnya merebut Almería. Pada tahun 1148 dan 1149, mereka juga merebut Tortosa, Fraga, dan Lerida.

Tentara Salib Jerman, tediri dari Franconia, Bavaria, dan Swabia meninggalkan tanah mereka, juga pada Mei 1147. Ottokar III dari Styria bergabung dengan Conrad di Wina, dan musuh Conrad, Geza II dari Hongaria akhirnya membiarkan mereka lewat tanpa dilukai. Saat pasukan tiba di tertori Kekaisaran Bizantium, Manuel takut mereka akan menyerang Bizantium, dan pasukan Bizantium bertugas agar tidak ada masalah apapun. Ada pengepungan kecil dengan beberapa orang Jerman yang tidak mau menurut di dekat Philippopolis dan di Adrianopel, dimana Jendral Bizantium Prosouch bertarung dengan keponakan Conrad, yang nantinya akan menjadi kaisar, Frederick. Hal yang membuat semakin buruk adalah beberapa pasukan Jerman tewas karena banjir pada awal bulan September. Pada 10 September, mereka tiba di Konstantinopel, dimana relasi dengan Manuel kecil dan orang Jerman dipersilahkan untuk menyebrang menuju Asia Kecil secepat mungkin. Manuel mau Conrad meninggalkan beberapa pasukannya dibelakang, untuk membantunya bertahan melawan serangan dari Roger II, yang telah mengambil kesempatan untuk untuk merebut kota-kota di Yunani, tapi Conrad menolak, walaupun adalah musuh dari Roger. Di Asia Kecil, Conrad memilih untuk tidak menunggu orang Perancis, dan maju menyerang Iconium, ibukota Kesultanan Rum. Conrad memisahkan pasukannya menjadi 2 divisi, 1 dihancurkan oleh Seljuk pada tanggal 25 Oktober 1147 pada Pertempuran Kedua Dorylaeum. Orang Turki Seljuk menggunakan taktiknya dalam berpura-pura mundur, lalu membalas menyerang pasukan kecil kavalri Jerman yang telah terpisah dari pasukan utama untuk mengejar mereka. Conrad mulau mundur ke Konstantinopel, dan pasukannya diganggu oleh Turki Seljuk, yang menyerang dan menaklukan penjaga depan. Bahkan Conrad terluka saat bertarung dengan mereka. Divisi yang lain, dipimpin oleh Otto dari Freising, maju ke selatan pantai Mediterania dan ditaklukan pada awal tahun 1148.

Tentara Salib Perancis berangkat dari Metz pada bulan Juni, dipimpin oleh Louis, Thierry dari Elsas, Renaut I dari Bar, Amadeus III dari Savoy dan saudaranya, William V dari Montferrat, William VII dari Auvergne, dan lain-lain, bersama dengan pasukan Lorraine, Bretagne, Burgundi, dan Aquitaine. Pasukan dari Provence, dipimpin oleh Alphonse dari Tolosa, memilih untuk menunggu sampai bulan Agustus. Di Worms, Louis bergabung dengan tentara salib dari Normandia dan Inggris. Mereka mengikuti rute Conrad dengan damai, meskipun Louis datang dalam konflik dengan Geza dari Hongaria sat Geza menemukan Louis telah mempersilahkan orang Hongaria untuk bergabung dengan pasukannya. Relasi dengan Bizantium juga kecil, dan Lorrainer, yang telah maju, juga datang dengan konflik dengan orang Jerman yang perjalanannya lebih lambat. Sejak negosiasi awal diantara Louis dan Manuel, Manuel telah melaksanakan kampanye militer melawan Kesultanan Rüm, menandatangani gencatan senjata dengan Mas'ud. Ini telah dilakukan sehingga Manuel bebas mengkonsentrasikan pertahanan kekaisarannya dari tentara salib, yang telah mendapat reputasi untuk pencurian dan penghianatan sejak Perang Salib Pertama dan dituduh melakukan hal jahat di Konstantinopel. Relasi Manuel dengan pasukan Perancis lebih baik daripada dengan orang Jerman, dan Luis terhibur di Konstantinopel. Beberapa orang Perancis marah karena gencatan senjata Manuel dengan Seljuk dan melakukan penyerangan di Konstantinopel, tapi mereka dikendalikan oleh papal legate. Saat pasukan dari Savoy, Auvergne, dan Montferrat bergabung dengan Louis di Konstantinopel, melewati Italia dan menyebrang dari Brindisi menuju Durres, seluruh pasukan perahu mereka menyebrangi Bosporus menuju Asia Kecil. Dalam tradisi yang dibuat oleh Kakek dari Manuel, Alexios I, Manuel menyuruh orang Perancis untuk mengembalikan teritori manapun yang direbutnya kepada Bizantium. Mereka disemangati oleh rumor bahwa orang Jerman telah merebut Iconium, tapi Manuel menolak memberi Louis satupun pasukan Bizantium. Bizantium baru saja diserang oleh Roger II dari Sisilia, dan semua pasukan Manuel diperlukan di Balkan. Baik Jerman dan Perancis memasuki Asia tanpa bantuan Bizantium, tidak seperti Perang Salib Pertama. Orang Perancis bertemu sisa dari pasukan Conrad di Nicea, dan Conrad bergabung dengan pasukan Louis. Mereka mengikuti rute Otto dari Freising sepanjang pantai Mediterania, dan mereka tiba di Efesus pada bulan Desember, dimana mereka mempelajari kalau Turki Seljuk menyiapkan penyerangan untuk menyerang mereka. Manuel juga mengirim duta besar yang mengkomplain tentang menjarah dan merampas yang Louis lakukan disepanjang jalan, dan tidak ada tanggung jawab kalau Bizantium akan membantu mereka melawan Turki Seljuk. Setelah itu, Conrad jatuh sakit dan kembali ke Konstantinopel, dimana Manuel memeriksanya, dan Louis, tidak mendengarkan peringatan serangan Seljuk, maju keluar Efesus. Seljuk menunggu menyerang, tapi dalam pertarungan kecil diluar Efesus, orang Perancis menang, Mereka mencapai Laodicea pada bulan Januari tahun 1148, hanya beberapa hari setelah pasukan Otto dari Freising dihancurkan di daerah yang sama. Melanjutkan serangan, barisan depan dibawah Amadeus dari Savoy terpisah dari sisa pasukan, dan pasukan Louis diikuti oleh orang Turki, yang tidak menyadarinya. Orang Turki tidak mengganggu dengan menyerang lebih jauh dan orang Perancis maju ke Adalia, yang telah dihancurkan dari jauh oleh Seljuk, yang juga telah membakar tanah untuk menghindari orang Perancis dari melengkapi makanannya, baik untuk diri mereka maupun untuk orang Perancis. Louis ingin untuk melanjutkan dengan tanah demi tanah, dan telah dipilih untuk mengumpulkan armada di Adalia dan berlabuh ke Antiokhia. Setelah terlambat selama 1 bulan karena badai, hampir semua kapal yang dijanjikan tidak tiba. Louis dan koleganya mengambil kapal untuk diri mereka sendiri, dimana sisa pasukan harus melanjutkan serangan jauh ke Antiokhia. Pasukan itu hampir dihancurkan seluruhnya, baik karena orang Turki maupun karena sakit.

Louis tiba di Antiokhia pada tanggal 19 Maret, setelah terlambat karena badai; Amadeus dari Savoy tewas di Siprus selama perjalanan. Louis disambut oleh paman dari Eleanor, Raymond. Raymond mengharapkannya membantunya bertahan melawan Seljuk dan menemaninya dalam ekspedisi melawan Aleppo, tapi Louis menolak, dia lebih memilih untuk memasuki Yerusalem daripada fokus dalam aspek militer. Eleanor menikmatinya, tapi pamannya mau dia tetap disitu dan menceraikan Louis jika dia menolak membantunya. Louis segera meninggalkan Antiokhia dan pergi ke Kerajaan Tripoli. Setelah itu, Otto dari Freising dan sisa pasukannya tiba di Jerusalam pada awal April, setelah itu Conrad segera sampai, dan Fulk, Patriarch dari Yerusalem, dikirim untuk mengundang Louis bergabung dengan mereka. Armada yang berhenti di Lisboa tiba pada saat ini, dan juga orang Provencals dibawah Aphonse dari Tolosa. Alphonse sendiri telah tewas dalam perjalanan menuju Yerusalem, diracuni oleh Raymond II dari Tripoli, keponakannya yang takut akan aspirasi politiknya di Tripoli.

Di Yerusalem, fokus perang salib berubah di Damaskus, target yang diincar oleh Raja Baldwin III dan Ksatria Templar. Conrad didesak untuk mengambil bagian dalam ekspedisi ini. Saat Louis tiba, Haute Cour bertemu di Akko pada tanggal 24 Juni. Ini adalah pertemuan paling spektakular dari Cour dalam keberadaannya: Conrad, Otto, Henry II dari Austria, Frederick I, dan William V dari Montferrat mewakili Kekaisaran Romawi Suci; Louis, Bertrand anak dari Alphonse, Thierry dari Elsas, dan raja lainnya mewakili Perancis; dan dari Yerusalem, Raja Baldwin, Ratu Melisende, Patriarch Fulk, Robert dari Craon, Raymond du Puy de Provence, Manasses dari Hierges, Humphrey II dari Toron, Philip dari Milly, dan Barisan dari Ibelin. Catatan, tidak ada yang datang dari Antiokhia, Tripoli, ataupun dari Edessa datang. Beberapa orang Perancis menyadari kalau kewajiban mereka terpenuhi, dan mau pulang; beberapa bangsawan Yerusalem menunjuk bahwa tidak bijaksana untuk menyerang Damaskus, sekutu mereka melawan Dinasti Zengid. Conrad, Louis, dan Baldwin berisikeras, dan pada bulan Juli, pasukan itu bersiap di Tiberias.

Tentara Salib memilih untuk menyerang Damaskus dari timur, dimana kebun akan memberi mereka makanan konstan. Mereka tiba pada tanggal 23 Juli, dengan pasukan Yerusalem di garis depan, diikuti dengan Louis dan lalu Conrad sebagai penjaga belakang. Orang Muslim berisap untuk serangan dan langsung menyerang pasukan yang maju menuju perkebunan. Pasukan Salib mampu melawan mereka dan mengejar mereka kembali ke Sungai Barada dan menuju Damaskus; setelah tiba diluar tembok kota, mereka langsung menyerang Damaskus. Damaskus telah meminta bantuan dari Saifuddin Ghazi I dari Aleppo dan Nuruddin dari Mosul, dan vizier, Mu'inuddin Unur, memimpin serangan yang tidak berhasil pada kemah pasukan salib. Ada konflik pada kedua kemah: Unur tidak mempercayai Saifuddin atau Nuruddin dari menguasai seluruh kota jika mereka menawarkan bantuan; dan pasukan salib tidak setuju siapa yang akan mendapatkan kota jika mereka merebutnya. Pada 27 Juli, pasukan salib memilih untuk bergerak ke bagian timur kota, yang lebih sedikit pertahanannya, tetapi memiliki sedikit persediaan makanan dari air. Nuruddin telah tiba dan tidak mungkin untuk kembali ke posisi mereka yang terbaik. Pertama Conrad, lalu sisa dari pasukan, memilih untuk mundur ke Yerusalem.

Semua sisi merasa dikhianati oleh yang lain. Rencana lain baru dibuat untuk menyerang Ascalon, dan Conrad membawa pasukannya kesana, tapi tidak ada bantuan tiba, karena tidak ada kepercayaan karena kegagalan serangan Damaskus. Ekspedisi Ascalon ditinggalkan, dan Conrad kembali ke Konstantinopel, dimana Louis tetap berada di Yerusalem sampai tahun 1149. Kembali ke Eropa, Bernard dari Clairvaux juga dipermalukan, dan ketika dia hendak memanggil perang salib yang gagal, dia mencoba memisahkan dirinya dari fiasco perang salib kedua. Dia meninggal pada tahun 1153. Serangan Damaskus membawa malapetaka kepada Yerusalem: Damaskus tidak lagi percaya kepada Kerajaan Tentara Salib, dan Kota itu diambil oleh Nuruddin pada tahun 1154. Baldwin III akhirnya mengepung Ascalon pada tahun 1153, dimana membawa Mesir kedalam konflik ini. Yerusalem mampu membuat kemajuan memasuki Mesir, dengan singkat merebut Kairo pada tahun 1160. Namun, relasi dengan Kekaisaran Bizantium dicampur, dan bantuan dari barat jarang setelah bencana dari perang salib kedua. Raja Amalric I dari Yerusalem bersekutu dengan Bizantium dan berpartisipasi dalam invasi Mesir tahun 1169, tapi ekspedisi ini gagal. Pada tahun 1171, Saladin, keponakan dari salah satu jendarl Nuruddin, menjadi Sultan Mesir, mempersatukan Mesir dan Siria dan mengepung kerajaan tentara Salib. Setelah itu, aliansi dengan Bizantium berakhir dengan kematian kaisar Manuel I pada tahun 1180, dan pada tahun 1187, Yerusalem diserang dan direbut oleh Saladin. Pasukannya lalu menyebar ke utara dan merebut semua ibukota dari semua daerah yang direbut tentara salib, menyulut terjadinya Perang Salib Ketiga.   Referensi: Pustaka utama * Anonymous. De expugniatione Lyxbonensi. The Conquest of Lisbon. Edited and translated by Charles Wendell David. Columbia University Press, 1936. * Odo dari Deuil. De profectione Ludovici VII in orientem. Edited and translated by Virginia Gingerick Berry. Columbia University Press, 1948. * Otto dari Freising. Gesta Friderici I Imperatoris. The Deeds of Frederick Barbarossa. Edited and translated by Charles Christopher Mierow. Columbia University Press, 1953. * The Damascus Chronicle of the Crusaders, extracted and translated from the Chronicle of Ibn al-Qalanisi. Edited and translated by H. A. R. Gibb. London, 1932. * William dari Tirus. A History of Deeds Done Beyond the Sea. Edited and translated by E. A. Babcock and A. C. Krey. Columbia University Press, 1943. * O City of Byzantium, Annals of Niketas Choniatēs, trans. Harry J. Magoulias. Wayne State University Press, 1984. * John Cinnamus, Deeds of John and Manuel Comnenus, trans. Charles M. Brand. Columbia University Press, 1976. Pustaka kedua * Michael Gervers, ed. The Second Crusade and the Cistercians. St. Martin's Press, 1992. * Jonathan Phillips and Martin Hoch, eds. The Second Crusade: Scope and Consequences. Manchester University Press, 2001. * Steven Runciman, A History of the Crusades, vol. II: The Kingdom of Jerusalem and the Frankish East, 1100-1187. Cambridge University Press, 1952. * Kenneth Setton, ed. A History of the Crusades, vol. I. University of Pennsylvania Press, 1958 (available online) Posted by Rifan Syambodo Categories: Label:

TOKOH-TOKOH PERANG SALIB

Perang Salib adalah kumpulan gelombang dari pertikaian agama bersenjata yang dimulai oleh kaum Kristiani pada periode 1095 – 1291; biasanya direstui oleh Paus atas nama Agama Kristen, dengan tujuan untuk menguasai kembali Yerusalem dan “Tanah Suci” dari kekuasaan kaum Muslim, awalnya diluncurkan sebagai jawaban atas permintaan dari Kekaisaran Bizantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur untuk melawan ekspansi dari Dinasti Seljuk yang beragama Islam ke Anatolia. Inilah tokoh-tokoh yang berpengaruh pada Perang Salib.

Salahuddin Ayyubi adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr. Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer, dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan Tentara Salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Ia memberikan catatan kaki dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud, ia adalah orang yang berhasil menaklukan Yerussalem.

Richard I (6 September 1157 – 6 April 1199) adalah raja Inggris antara tahun 1189 sampai 1199. Ia sering juga dijuluki Richard si Hati Singa (Inggris: Lion heart, Perancis: Cœur de Lion) karena keberaniannya. Ia adalah anak ketiga dari Henry II dari Inggris, dan merebut tahta Inggris dari ayahnya dengan bekerja sama dengan Phillip II dari Perancis pada tahun 1189. Richard I terkenal sebagai salah satu tokoh dalam Perang Salib, di mana salah satu keberhasilannya dalam perang tersebut adalah merebut Siprus untuk mendukung pasukan Perang Salib. setelah sampai di Acre Richard kemudian merebut Kota Acre pada tahun 1191 dan kemudian Richard mulai mengarahkan pasukannya untuk menyerbu Yerusalem. Pasukan Richard berjalan melalui garis pantai antara kota Acre dan Jaffa, ketika perjalanan menuju Kota Jaffa pasukan Richard dihadang pasukan Saladin dan terjadilah pertempuran di dekat kota Arsuf yang dimenangkan Richard dan memaksa Saladin mundur ke Yerusalem untuk bertahan. Richard akhirnya memasuki kota jaffa tanpa perlawanan karena kota sudah dibakar oleh Saladin.

Friedrich I Barbarossa[1] (1122 – 10 Juni 1190) adalah seorang Raja Jerman yang dipilih di Frankfurt pada tanggal 4 Maret 1152 dan dimahkotai di Aachen pada tanggal 9 Maret, dimahkotai sebagai Raja Italia di Pavia tahun 1154, dan dimahkotai sebagai Kaisar Kekaisaran Romawi Suci oleh Paus Adrianus IV tanggal 18 Juni 1155. Ia dimahkotai sebagai Raja Burgundi di Arles pada tanggal 30 Juni 1178.

Dracula yang selama ini digambarkan sebagai tokoh fiktif sebagai makhluk penghisap darah ternyata memang ada pada zaman Perang Salib, tetapi bukan sebagai kelelawar atau semacamnya yang digambarkan oleh Bram Stoker dalam bukunya, dia adalah makhluk kejam penyula rakyatnya. Pada waktu itu dia membantai lebih dari 10 ribu orang muslim, oleh karena itu dia diburu oleh Sultan Mehmed II. Akhirnya dia dipenggal di Danau Snagov. Jasadnya dikuburkan disana tetapi kepalanya di bawa ke Turki, setelah diteliti ternyata jenazahnya tidak ada.

Sultan Mehmed II nama aslinya adalah Muhammad Al-Fatih, dia menjadi Sultan Turki dan berhasil menaklukan Konstantinopel lewat aksinya yang sangat terkenal yang dikenal sebagai "Kapal yang Berlayar di Daratan" pada waktu itu dia memerintahkan prajurit untuk memindahkan kapalnya melewati gurun. Dia pula orang yang bermasalah dengan Dracula.

Baldwin IV (1161-16 Maret 1185), dengan julukan Kusta atau Lepra, anak Amalric I dari Yerusalem. Istri pertamanya, Agnes dari Courtenay, menjadi raja Yerusalem 1174-1185. Baldwin lahir di Yerussalem, separuh hidupnya dia jalani menghadapi penyakit lepra, dan pada tahun 1185 akhirnya dia meninggal karena penyakit yang di deritanya itu.   Sumber: http://azimuth29.blogspot.com

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Call of Duty: Modern Warfare 2

Game perang PS5 terbaik yang pertama tentu saja datang dari seri game Call of Duty yaitu Call of Duty: Modern Warfare II. Call of Duty selalu identik sebagai franchise FPS perang paling ikonik sepanjang masa, MW II ini adalah versi reboot dari versi Modern Warfare yang ada sebelumnya, dengan karakter lama dan baru yang hadir serta cerita yang lebih fresh. Bercerita tentang pasukan khusus Task Force 141 dengan anggota Captain Price, Soap MacTavish, Ghost, Gaz, dan lain-lain berusaha menghentikan teror oleh kelompok teroris di berbagai belahan dunia.

Berkat dukungan penuh platform next-gen, MW II ini memiliki pencahayaan ray tracing, efek detail lebih realistis, model senjata super detail hingga ratusan animasi unik dan ekspresi yang terlihat nyata dari karakternya. Dengan berbagai misi di mode kampanye yang tentu saja sangat seru ditambah lagi mode multiplayer dengan banyak pemain, rasanya sayang sekali melewatkan game ini.

Baca Juga: 20 Game Perang PS3 Terbaik, Seru dan Bikin Ketagihan!

Hell Let Loose adalah salah satu game FPS simulasi militer yang dirilis untuk PS5 di tahun 2021, setelah sebelumnya rilis di PC dan Xbox terlebih dulu pada tahun 2019. Berlatarkan pada waktu Perang Dunia 2, gamer disuguhkan pertempuran skala besar 50 vs 50 pemain dengan 7 kelas infanteri yang berbeda-beda. Pemain bisa memilih kelas mereka sendiri dan bergabung dengan regu pasukan, ada beberapa mode di sini misalnya Warfare dan Offensive yang intinya para pemain harus menduduki dan mempertahankan sektor, yang paling banyak ialah pemenangnya.

Setiap kelas memiliki peran dan perlengkapan model beserta animasi yang sangat realistis. Didukung komunikasi suara proximity chat, strategi tim jadi kunci memenangkan pertempuran yang realistis dan memuaskan ini. Tak hanya itu, detail peta yang luas dan interaktif lengkap dengan berbagai bangunan, garis depan yang dinamis, cuaca ekstrim, dan siklus siang-malam sungguhan semakin bikin pengalaman perangnya terasa hidup.

Baca Juga: 25 Game Perang PS4 Terbaik yang Wajib Dimainkan di Tahun 2024

Game PS5 perang berikutnya adalah Sniper Elite 5, game ini masih menjadi game tembak-tembakan taktis paling memuaskan di platform PlayStation saat ini. Di sekuel terbarunya ini, Rebellion Developments menghadirkan detail sniping yang lebih mumpuni berkat mesin grafis terbaru, model karakter dan lingkungan terlihat jauh lebih nyata.

Efek ray tracing juga semakin membuat efek cahaya dan bayangan terasa realistis. Gameplay di Sniper Elite intinya berupa misi sabotase musuh dengan taktik membunuh musuh menggunakan senjata api dari jarak jauh, selain itu ada juga unsur stealth ketika pemain menyusup dan menghabisi musuh secara diam-diam tanpa ketahuan. Uniknya lagi, ada animasi tembakan fatal bisa di-slow motion dan disaksikan dengan X-Ray kill cam yang jika ditonton memuaskan banget.

Baca Juga: 25 Game Perang PC Offline Terbaik, Seru dan Menantang!

Setelah sedikit terpuruk di rilis awal, EA DICE terus memperbarui Battlefield 2024 agar lebih solid dan bisa diterima oleh para pemain game dan penggemar seiring berjalannya waktu. FPS multi pemain ikonik ini kini sudah mulai dipuji banyak gamer karena performa dan optimisasinya semakin bagus di PS5. Battlefield memang terkenal karena mode multiplayernya yang jauh lebih seru dan menantang karena bisa mendukung banyak pemain untuk berperang dalam satu arena.

Detail efek partikel dan fisik lingkungannya jadi yang terbaik, apalagi setelah mendukung fitur ray tracing. Sensasi tempur di tengah badai pasir atau salju lebat jadi luar biasa menegangkan berkat efek cuaca ekstrem dan pencahayaan yang sungguh bagus ini. Ditambah mode Portal yang memungkinkan pemain mengkustomisasi peraturan dan membuat playlist periode waktu perang yang diinginkan. Pokoknya Battlefield 2042 wajib dimiliki penggemar FPS perang modern, layak untuk masuk dalam daftar game perang PS5 terbaik disandingkan dengan seri Call of Duty.

Baca Juga: 20 Game Perang Dunia 2 Terbaik, Sensasi Perangnya Terasa!

Insurgency Sandstorm

Selain Hell Let Loose dan Squad yang terkenal karena menghadirkan peperangan realistis dan brutal, Insurgency Sandstorm juga memberikan pengalaman multiplayer FPS brutal yang sangat intens, menegangkan, dan menantang. Sensasi tempurnya didukung performa grafis dan audio yang sangat bagus di PS5. Apalagi detail ketika tubuh musuh terkena tembakan atau ledakan, bisa hancur dan digambarkan dengan baik di game ini.

Rasakan adrenalin terpacu saat baku tembak jarak dekat dengan musuh. Atau berdebar-debar saat mengendap-endap memasuki area berbahaya. Kontrol senjata juga terasa sangat mulus di PS5 berkat dukungan DualSense controller. Suasana pertempuran sangat tegang karena nyawa pemain sangat minim sekali, ya mirip di kehidupan nyata. Kita harus selalu waspada dan menembak musuh dengan timing yang tepat. Komunikasi serta strategi tim juga krusial karena game ini tidak ramah terhadap pemain solo.

Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.

Game bertemakan perang memang menjadi salah satu game yang digemari oleh para gamers karena menghadirkan pengalaman seperti berperang di dunia nyata. Apalagi banyak game sekarang ini memiliki grafis yang jauh lebih bagus ketimbang dulu sehingga pengalaman bermain menjadi lebih terasa nyata.

PlayStation 5 sebagai konsol generasi terbaru memiliki spesifikasi yang mumpuni untuk menghadirkan pengalaman bermain game perang paling bagus dan realistis. Dengan kemampuan ray tracing, audio 3D, hingga DualSense controller yang adaptif, para gamer bakal dimanjakan dengan grafis dan gameplay perang yang memukau.

Nah, artikel ini akan merekomendasikan 20 game perang PS5 terbaik yang wajib kamu coba. Perlu diketahui, game di bawah dipilih berdasarkan popularitas, inovasi gameplay, review positif, serta fitur next-gen, penasaran kan apa saja daftar gamenya? langsung saja simak ya.

Star Wars Jedi: Survivor

Berikutnya ada game perang PS5 yang masuk sebagai seri game Star Wars, adaptasi judul yang sama untuk seri filmnya. Petualangan Cal Kestis si mantan padawan jedi masih berlanjut di sekuel yang berjudul Jedi: Survivor ini. Merupakan seri kelanjutan dari Jedi Fallen Order, kali ini kamu akan menjelajahi planet baru dan menghadapi tantangan yang lebih besar. Tentu saja sambil menebas musuh dengan lightsaber andalanmu itu.

EA Motive menjanjikan mekanik bertarung dan menggunakan force lebih dimatangkan lagi di game Star Wars kali ini. Untuk urusan tampilan wajah Cal Kestis sekarang bakal lebih mirip aktor Cameron Monaghan yang memerankannya berkat teknologi motion capture terbaru. Pokoknya ini wajib banget dimainin kalau kamu Star Wars fans!

The Lords of the Fallen

Jika kamu udah bosan dengan latar Eropa era medieval seperti game fantasi Dark Souls dan sekuelnya, kalau begitu kamu coba saja game perang PS5 ini yaitu The Lords of The Fallen yang sudah ada di PS5. RPG aksi ini mengusung tema lebih gelap dan dewasa yaitu perang antar dewa dan iblis.

Apalagi game ini proses produksinya dipimpin oleh produser pendiri seri The Witcher, karakter dan dunia Lords of The Fallen tentunya lebih kaya dan bagus-bagus. Desain karakter dan monster yang ada di game ini yang bertemakan iblis juga lebih seram dan variatif. Pokoknya semua elemen dari lore, susasana, hingga tingkat kesulitan lebih ekstrim. Mungkin kamu tertarik untuk berperang melawan kejahatan dan para makhluk menyeramkan itu? coba saja game ini ya.

Selain Battlefield 1, ada Tannenberg yang merupakan game perang PS5 FPS multiplayer bertemakan World War 1 yang cukup populer di platform PC. Kini developer M2HZ Studios sudah merilis game mereka ke platform PS5. Jadi performa dan tampilan grafis bakal jauh lebih halus dan hidup untuk standar konsol next-gen ini.

Pertempuran sengit antar tentara Aliansi vs Blok Poros menggunakan senjata dan kendaraan tempur era Perang Dunia 1 bisa kamu rasakan lebih memukau, yang pasti tidak kalah keren dari game seperti Battlefield. Mode penyerbuan 16 vs 16 pemain online yang kompetitif dan seru tentu saja masih jadi andalan game ini. Jadi bersiaplah rasakan suasana perang masif tiada duanya di Front Timur era tahun 1914-1918 ini. Lengkap dengan kubu, karakter, seragam, dan senjata asli yang sudah sangat autentik.

Game perang di PS5 berikutnya adalah Warframe, salah satu game shooter sci-fi kooperatif bertemakan ninja paling populer di platform PC dan konsol game saat ini. Wajar kalau pengembang Digital Extremes terus berupaya agar tetap relevan dan menghadirkan konten baru setiap periodenya. Pembaruan yang dibawa oleh pengembangnya pun juga beragam dan membuat pemain semakin betah, buktinya sampai sekarang game ini masih ramai dimainkan, di samping game ini juga gratis.

Ada update yang menambahkan setting dan misi baru yang lokasinya mengambil konsep koloni luar angkasa manusia. Sensasi bertarungnya bakal dibuat terasa lebih fresh dan menantang lewat tampilan grafis platform terkini macam PS5. Jadi bertarunglah bersama 3 pemain lain melawan alien dan beberapa Boss level di mode co-op ini. Dan jangan lupa, terus kembangkan teknologi canggih untuk tingkatkan kemampuan frame atau ninja favoritmu!

Titanfall 2 merupakan game penerus dari Titanfall yang pertama dan menjadi seri game andalan dari pengembang game asal Los Angeles yaitu Respawn Entertainment selain Star Wars. Sebagai salah satu game PS5 dengan tema sci-fi terbaik yang pernah ada khususnya untuk kategori multiplayer, detail mecha Titan yang hadir di PS5 tentu saja lebih memukau.

Efek partikel ledakan dan lingkungan yang lebih menakjubkan tentu saja bakal sangat berasa berkat kemampuan konsol next-gen saat ini. Belum lagi tambahan karakter dan senjata baru dari update terbaru yang akan terus dilakukan secara rutin oleh pengembangnya. Intinya, kalau memang belum pernah rasain berperang pakai robot mech raksasa ala Gundam, Titanfall 2 edisi PS5 wajib kamu coba.